Oleh: Rujito, M.Sos*
Di era digital saat ini, kita menyaksikan bagaimana generasi muda, terutama Gen Z, begitu lekat dengan dunia virtual. Dari bangun tidur hingga menjelang tidur lagi, kehidupan mereka nyaris tak lepas dari layar: media sosial, konten video, gim, hingga percakapan digital. Mereka bukan hanya pengguna, tapi juga pencipta tren. Namun, di tengah euforia ini, muncul pertanyaan penting: apakah mereka juga dibekali etika digital yang cukup?
Fenomena digitalisasi memang menghadirkan banyak peluang. Gen Z hari ini bisa jadi content creator, wirausaha daring, bahkan influencer dengan dampak besar hanya dari genggaman tangan. Namun, derasnya arus digital juga membawa ancaman: cyberbullying, hoaks, body shaming, eksploitasi visual, hingga ketergantungan konten destruktif. Hal ini menunjukkan bahwa melek digital saja tidak cukup—kita butuh yang namanya digital attitude.
Sayangnya, masalah attitude digital ini belum menjadi perhatian serius di banyak ruang pendidikan formal. Banyumas, sebagai salah satu kabupaten dengan potensi besar anak muda, masih belum memiliki wadah strategis untuk memfasilitasi mereka dalam menjadi kreator digital yang sehat dan berkarakter. Padahal, setiap hari kita menyaksikan banjir konten yang viral tapi seringkali tanpa nilai.
Karena itu, kami memandang penting hadirnya Youth Creator Academy (YCA) di Purwokerto dan Banyumas umumnya. Ini bukan sekadar tempat pelatihan bikin video atau desain konten, tetapi lebih dalam: tempat bertumbuhnya para kreator muda yang memahami etika, empati, dan tanggung jawab dalam dunia digital.
YCA dirancang sebagai ruang edukasi dan advokasi, di mana anak muda belajar tak hanya teknis produksi konten, tapi juga bagaimana menyampaikan pesan yang membangun. Mereka akan belajar membedakan kritik dan ujaran kebencian, menyuarakan gagasan tanpa menjatuhkan, serta mengelola identitas digital dengan bijak.
Kita ingin anak muda Banyumas tidak sekadar viral karena sensasi, tetapi karena **inspirasi**. Kita ingin mereka jadi kreator yang punya misi, bukan hanya follower. Maka, YCA harus hadir sebagai laboratorium kreatif dan etis bagi generasi masa depan.
Lebih dari itu, Youth Creator Academy juga membuka ruang kolaborasi lintas komunitas—pelajar, santri, mahasiswa, bahkan anak muda desa. Sebab kreativitas bukan monopoli kota, dan etika digital harus menjangkau semua lapisan.
Kami percaya, jika Banyumas ingin menjadi wilayah yang kuat secara sosial dan budaya di era digital, maka membina kreator muda adalah investasi strategis. Bukan hanya untuk menghindari dampak negatif disrupsi digital, tapi juga untuk memaksimalkan peluang kebaikan yang bisa dihasilkan anak muda lewat media.
Youth Creator Academy adalah jawaban untuk membangun masa depan digital Banyumas yang sehat, kreatif, dan berkarakter. Sudah saatnya kita bergerak.
*) penulis merupakan Dosen UIN Saizu Purwokerto, Jurnalis, Praktisi Media Lokal dan Ketua Yayasan Lintang Kerti Media.