Seperti drama Korea yang menguras emosi jiwa dan airmata. Lika-liku Son Heung Min dalam sepakbola akhirnya berjumpa dengan piala.
Sulit mengurut kalimat yang pas dan tepat untuk kesetiaan, pengorbanan dan perjuangan bagi Son Heung Min. Pria Korea kelahiran 8 Juli 1992 yang terlihat mulus kulit wajahnya, pecah tangis saat Hotspur juara eropa.
Bagaimana tidak, harus dikatakan, bahwa Hotspur adalah replika hidup yang sarat keruwetan, kesulitan, ketidakjelasan dan Son Heung Min adalah jawaban.
Klub bola yang sedang keseak-seok di Inggris, terbenam diurutan 17 klasemen liga, satu setrip di atas jurang degradasi, point 38 dari 37 pertandingan yang dilakoni. Sudah sangat jelas buruk dan ruwetnya kondisi tersebut. Namun, Son Heung Min tetap tegap menjalani peran, tidak goyah dan tetap gagah. Tetap menapak di bumi Hotspur yang koyak.
Sebelum menjalani hari demi hari di Hotspur, Son Heung Min adalah punggawa Hamburg SV (2010-2013), kemudian menjadi bagian skuad Bayer Leverkusen (2013-2015). Statistik gol yang mewah, Hotspur kepincut dan akhirnya merekrut.
Jalan panjang kemudian ditempuh Son Heung Min di Hotspur, mulai tahun 2015 hingga 2025. Tentu saja, 10 tahun berada di klub adalah pilihan yang membutuhkan tekad dan keyakinan.
Saat satu per satu kolega di Hotspur memilih hengkang, Hary Kane, Gareth Bale, dan lainnya, dengan dalih mencari tantangan, alih-alih sebenernya, hanya mengejar piala kemenangan. Son, dengan penuh kesetiaan, memilih tetap bertahan.
Tidak mudah untuk kuat dan setia. Terlebih tidak ada progresifitas klub merengkuh piala. Tidak mudah untuk bertahan, saat kondisi dan keadaan makin runyam berantakan. Namun, Son Heung Min memberikan inspirasi jawaban.
Segala kesetiaan, perjuangan, pengorbanan tuntas lunas dengan Piala Eropa yang dipeluk erat dengan perasan emosi dan airmata. Piala satu-satunya dan mungkin untuk selamanya.
Salam hormat Legenda! Son Heung Min.