GENERASI EMAS INDONESIA BERANGKAT DARI PESANTREN  

Penulis :
  Sayyidati Tsurayya Ibtisam (Rayya)

  (Siswi Kelas XI Sains MAN 2 Banyumas)

Anak-anak Indonesia merupakan aset penting masa depan bangsa. Semangat yang mereka miliki serta jumlah anak-anak Indonesia yang mendominasi di masa mendatang, perlu mendapatkan perhatian khusus dari negara agar talenta mereka dapat menghadirkan inovasi gemilang serta menakjubkan untuk bangsa Indonesia. Negara harus meyakini bahwa anak-anak generasi emas Indonesia inilah yang akan menjadi arsitek utama pembangunan Indonesia yang lebih adil, sejahtera dan maju di usia emas Indonesia tahun 2045 mendatang.

Pemerintah harus berinvestasi dalam pendidikan yang berkualitas yang tidak hanya fokus pada akademik, tapi juga memperhatikan perkembangan karakter, kreativitas dan keterampilan. Kurikulum yang relevan dengan kebutuhan zaman, fasilitas yang memadai adalah kunci utama menuju tercapainya tujuan Indonesia Emas 2045.

Keluarga adalah pemegang kunci krusial pertumbuhan dan perkembangan anak. Di sanalah anak-anak memperoleh pendidikan pertamanya dalam karakter individunya, memperoleh kasih sayang sebagai bekal awal pembentukan karakternya. Begitu juga dengan lingkungan tempat dimana mereka tumbuh di masa awal dalam masyarakat. Lingkungan tempat tinggal seharusnya menjadi ruang yang nyaman bagi anak-anak untuk berekspresi, berinovasi serta berperan aktif dalam dinamika kemasyarakatan. Dukungan serta apresiasi masyarakat di lingkungan sekitarnya akan memotivasi anak untuk semangat berkarya.

Indonesia Emas 2045 bukanlah sekedar mimpi, melainkan cita-cita yang harus diwujudkan oleh generasi masa kini yang akan tumbuh menjadi pemain utama di masa datang. Di tengah arus globalisasi yang kian tak terbendung saat ini, dibutuhkan sebuah lembaga pendidikan yang dapat menjadi penyeimbang serta menjadi fungsi kontrol bagi anak-anak generasi emas Indonesia agar tetap berada dalam fitrahnya sebagai anak-anak yang ber-akhlak mulia serta generasi Indonesia yang menguasai hiruk pikuk kebutuhan zamannya.

Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, seyogyanya terus berinovasi mengikuti perkembangan serta kebutuhan zaman. Dalam hal mempersiapkan generasi emas Indonesia, Pesantren adalah tempat yang memungkinkan untuk melakukan pembentukan karakter religius sekaligus dapat mencetak santri-santri yang genius sesuai zaman yang akan dihadapinya kelak.

Pesantren Usia Dini adalah bentuk inovasi serta kepedulian pesantren dalam mempersiapkan generasi emas Indonesia. Pesantren dalam segmen usia dini, tidak hanya fokus pada pendidikan agama semata, tetapi juga mengintegrasikannya dengan ilmu pengetahuan umum, sains dan teknologi. Model pendidikan ini akan menjadi pilar penting dalam mencetak generasi emas Indonesia yang berkarakter kuat, berakhlak mulia, serta kompeten di era global.

Pesantren Usia Dini memberikan keseimbangan pada kecerdasan spiritual, emosional dan intelektual. Sejak dini, anak-anak telah diajarkan untuk memahami kandungan Al-Qur’an dan Hadits sebagai rujukan awal manusia beragama. Mempelajari referensi-referensi dari kitab-kitab rujukan fikih serta akhlak adalah langkah awal pembentukan karakter spiritual yang kuat, menajamkan nilai-nilai kejujuran, disiplin serta tanggungjawab sebagai individu dan sebagai bagian dari elemen penting bangsa Indonesia.

Dengan pondasi spiritual yang kuat, anak-anak dalam Pesantren Usia Dini juga diajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka tidak hanya belajar teori, tapi juga diajak melakukan eksperimen agar ilmu yang mereka pelajari tidak berhenti pada fase pemahaman semata namun berkembang ke arah implementasi ilmu sains dan teknologi yang dibutuhkan dalam kemajuan bangsa.

Nahdlatul Ulama sebagai sebuah organisasi keagamaan dan sosial kemasyarakatan, sejak lama telah menjalankan peran pendidikan melalui pesantren-pesantren yang di koordinir dan berafiliasi dengannya. Sebut saja Pesantren Tebuireng yang merupakan pesantren yang didirikan oleh pendiri Nahdlatul Ulama Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Meski dikenal dengan madrasah dan universitasnya, ternyata Tebuireng juga memiliki lembaga pendidikan usia dini yang berafiliasi dengannya dari tingkat Taman Kanak-Kanak serta Sekolah Dasar.

Begitu juga dengan keberadaan Pesantren Tahfizh Yanbu’ul Qur’an di Kudus.  Pesantren Yanbu’ul Qur’an khusus memulai program menghafal Al-Qur’an di pesantrennya dengan santri-santri dari anak-anak usia dini. Di Kabupaten Banyumas, kita dapat melihat Pesantren Attaujieh Al-Islami di Leler yang memiliki santr-santri usia dini penghafal Al-Qur’an yang juga menempuh pendidikan formalnya di Sekolah Dasar Islam Terpadu As-Sya’bani Al-Hisyami yang terpadu dengan pesantren Attujieh lil Hufadz di dalamnya. Serta masih banyak lagi pesantren di Indonesia yang mulai menggembleng santri dari usia dini.

Model Pesantren Usia Dini membongkar stigma lama bahwa pendidikan agama dan ilmu pengetahuan umum adalah dua hal yang terpisah. Sejak kecil, para santri telah diajak untuk memahami bahwa agama dan sains adalah satu kesatuan yang saling melengkapi. Keseimbangan ini menghasilkan individu yang tidak hanya memiliki kecerdasan spiritual, namun juga memiliki kecerdasan intelektual serta emosional yang matang. Mereka tidak hanya mampu menghafal perkara-perkara agama, tapi juga mampu berpikir kritis dan solutif.

Pesantren Usia Dini juga menjadi “laboratorium” pembentukan karakter. Jauh dari ketergantungan, anak-anak dilatih untuk mandiri dan bertanggung jawab sejak dini sebagai bekal dalam perannya membangun bangsa Indonesia di masa emas Indonesia nantinya. Pengalaman mereka di pesantren, akan membentuk mentalitas pemimpin yang tangguh, berani menghadapi tantangan dan mampu bekerja sama. Inilah yang dibutuhkan Indonesia dalam menghadapi kehidupan berbangsa yang sangat kompleks di masa depan.

Pesantren Usia Dini merupakan jawaban atas kebutuhan pendidikan holistik di era modern. Lembaga ini membuktikan bahwa pendidikan Islam dapat bersinergi dengan ilmu pengetahuan umum dan menghasilkan generasi yang tidak hanya sholeh, tapi juga cakap dan kompeten di zamannya.

Generasi Emas Indonesia berangkat dari Pesantren Usia Dini. Yakinlah, bahwa pesantren usia dini merupakan lembaga yang membentuk karakter religius sekaligus mencetak kaum intelek yang berakhlak mulia.

Selamat Hari Anak Nasional. Anak Indonesia Bersaudara.

Artikel terkait

Fenomena Gugatan Cerai Pasca Pelantikan PPPK/ASN (Menimbang Fiqih Munakahat dan Etika ASN)

Santri Wajib Tahu Rahasia Ini… Tips Jadi Santri ‘Agen Perubahan’

Perjalanan Yogyakarta – Purwokerto Berapa Jam? Transportasi Paling Oke Apa?