Rabu, 18 Juni 2025
Kirim Artikel / Video
BerandaNdopokBanyumas Seperti Mawar ; Indah Tapi 'Berduri'

Banyumas Seperti Mawar ; Indah Tapi ‘Berduri’

Anda yang berada di Surabaya, Jakarta, Jogjakarta, Medan, Mataram bahkan Papua, bila mendengar logat bicara ngapak, akan langsung menuju satu Kabupaten, yaitu Banyumas.

Yups, Kabupaten yang berada di bagian Selatan Provinsi Jawa Tengah tersebut, tidak bisa lepas dari stigma ngapak. Logat bicara dengan aksen ngapak menjadi ciri khas, keunikan yang lekat bagi Banyumas seisinya.

Bayangin aja, cewe berparas cantik, dari muka, leher, lengan tangan. Sekujur badan super glowing, dengan rambut tergerai panjang dengan alis dan bulu mata yang uuuuh, ulala. Tiba-tiba ngomong medhok dan ngapak. Begitupun bila ada cowo ngguwantheng sekalipun, tau-tau medhok dan ngapak. Apa yang terbayang, ambyar.

Keunikan gaya bicara dengan segala logatnya yang ngapak tersebut, membuat Banyumas tambah menarik dan eksotik. Selain logat yang ngapak tersebut, Banyumas juga terbentuk dari karang, maka tidak heran, ada karakter kuat yang tersimpan dengan segala pesonanya. Yes, karang-karang membentuk Banyumas menjadi kokoh dan gagah.

Sebab terbentuk dari karang-karang, Banyumas selalu menyimpan kenangan yang tidak bisa lepas dari ingatan. Pesona mendowan, pesona gunung, pesona curug, dan tentu saja, pesona perempuan dan lali-laki yang nggemesin nan anggun.

Nah, setalah dihitung secara detail dan presisi, Banyumas terbentuk dari 44 (sekitar 14,62%) karang-karang besar, karang-karang besar tersebut lahir menjadi nama-nama desa yang tersebar pada setiap sudut Banyumas. Dari total 301 desa kelurahan di Banyumas, desa-desa yang menggunakan karang terhitung mendominasi dari seluruh nama-nama desa lainnya.

Walaupun Banyumas terbentuk dari karang-karang, yang identik dengan kuat dan kokoh, hingga tahun 2025, Banyumas tidak kuat menangani parkir yang problematik. Malahan, problem ini semakin war-biyasa. Bikin sabar dan ngelus dada.

Maka, bagi kalian yang hendak healing atau dolan ke Banyumas, siapin mental agar tidak kaget menghadapi persoalan problematik di Banyumas ini. Ada baiknya jika dolan-dolan jalan kaki atau nyepeda saja.

Jalan kaki sebagai solusi agar budget healing tidak banyak keluar hanya untuk parkir di Banyumas yang kerap bikin enek. Nyaris banyak titik di Banyumas –Purwokerto– sudah menjadi lahan parkir. Bahkan beberapa tempat, ketika Anda menyodorkan uang Rp. 2.000,- untuk parkir kendaraan roda dua, tidak akan menerima kembalian.

Kayaknya belum ada penanganan serius persoalan ini. Persoalan sepele yang dibiarkan dan diremehkan, menjadi cermin lemahnya penanganan problem sosial. Dari beberapa kali berganti bupati, persoalan ini tetep lestari.

Bagaimana lagi, parkir adalah lahan basah, yang mudah ndapetin pundi-pundi, hanya dengan menengadah tanpa begitu payah dan lelah.

Yaaaaah, beli es teh Rp. 2.500,- pinggir gili, parkirnya Rp. 2.000,- ora dijujuli. Banyumas ooooooh, Banyumas. Mau ganti bupati berapa kali lagi? Masalah ini diseriusi?

Eh, iya, tahun ini, ternyata udah ganti bupati. Gua ampe lupa!

LAINNYA