Kabupaten Banyumas memiliki sejarah panjang yang berakar pada masa kerajaan kuno di Nusantara. Wilayah ini pertama kali dikenal sebagai pemerintahan lokal pada zaman Majapahit, dengan Adipati Wirasaba atau Warga Utama (Kaduhu) sebagai salah satu tokoh penting dalam membangun fondasi wilayah tersebut. Namun, secara modern, Kabupaten Banyumas mulai berdiri pada abad ke-16 Masehi, tepatnya pada masa kejayaan Kesultanan Pajang.
Pendirian Kabupaten Banyumas secara resmi terjadi pada tanggal 6 April 1582 atau bertepatan dengan tanggal 12 Robiul Awal 990 Hijriyah. Pendiri Kabupaten Banyumas adalah Raden Jaka Kaiman, yang kemudian menjadi bupati pertama. Ia juga dikenal dengan nama lain, seperti Raden Jaka Kaiman, yang disebutkan dalam Babad Banyumas sebagai tokoh sentral dalam pembentukan wilayah ini.
Periode Awal: Zaman Adipati Wirasaba dan Adipati Mrapat
Sebelum pendirian Kabupaten Banyumas pada tahun 1582, wilayah ini telah dipimpin oleh para adipati dari Wirasaba. Adipati Warga Utama II, yang memiliki nama lain Raden Jaka Kaiman. Ia merupakan salah satu leluhur penting dalam sejarah Banyumas yang membagi Kadipaten Wirasaba menjadi 4 bagian sehingga dia dikenal juga sebagai Adipati Mrapat.
Adipati Mrapat, memainkan peran penting dalam pengembangan wilayah Banyumas. Di bawah kepemimpinannya, wilayah ini mulai berkembang sebagai pusat pemerintahan lokal yang mandir dengan dukungan penuh dari Kesultanan Pajang.
Perkembangan Ekonomi dan Budaya (Abad ke-19 hingga Awal Abad ke-20)
Pada awal abad ke-20, Banyumas mengalami perkembangan signifikan dalam bidang ekonomi dan budaya. Tahun 1913 menjadi titik awal penelitian tentang perkembangan ekonomi di Banyumas, ketika Bupati Gandasubrata mulai memimpin wilayah ini. Pada masa kolonial Belanda, Banyumas menjadi salah satu pusat perdagangan penting, terutama untuk komoditas pertanian seperti tebu dan tembakau.
Selain itu, kebudayaan Banyumas juga berkembang pesat, dengan bahasa daerah Panginyongan (Banyumasan) menjadi identitas utama masyarakat setempat. Seni tradisional seperti tari, musik, dan sastra juga mengalami perkembangan yang signifikan.
Masa Kolonial dan Perjuangan Kemerdekaan
Pada tahun 1942, kekuasaan kolonial Belanda di Banyumas berakhir dengan masuknya Jepang ke Indonesia. Selama masa pendudukan Jepang, masyarakat Banyumas aktif terlibat dalam pergerakan nasional melawan penjajahan. Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Banyumas menjadi bagian integral dari Republik Indonesia dan terus berkembang sebagai salah satu kabupaten strategis di Jawa Tengah.
Era Modern dan Pengembangan Terkini
Di era modern, Kabupaten Banyumas terus berkembang sebagai pusat pendidikan, ekonomi, dan budaya di Jawa Tengah. Kota Purwokerto, ibu kota Kabupaten Banyumas, menjadi salah satu kota penting di wilayah ini, dengan Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) sebagai institusi pendidikan tinggi unggulan.
Kabupaten Banyumas juga dikenal dengan ciri khas budayanya, termasuk seni tradisional seperti ketoprak, wayang kulit, dan musik calung. Bahasa Banyumasan tetap menjadi salah satu elemen penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.
Sejarah Kabupaten Banyumas mencerminkan perjalanan panjang yang dimulai dari zaman kerajaan kuno hingga menjadi salah satu kabupaten modern di Indonesia. Dengan akar sejarah yang kuat dan perkembangan yang signifikan, Banyumas terus menjadi salah satu wilayah penting di Jawa Tengah. Warisan budaya dan sejarahnya menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang untuk menjaga identitas dan tradisi yang telah ada selama berabad-abad.
Perayaan Hari Jadi Banyumas ke-454 di tahun 2025 bukan sekadar acara seremonial, melainkan momentum untuk menghormati leluhur, nilai sejarah, penguatan identitas budaya, dan memperkuat persatuan masyarakat. Dari Kirab Pusaka hingga acara lainnya dirancang untuk memberikan pengalaman tak terlupakan bagi siapa saja yang hadir.